TEKNIK SAMPLING
A. POPULASI
DAN SAMPEL
Dalam penelitian (riset) social, seorang peneliti
tidak harus meneliti seluruh objek yang dijadikan pengamatan. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh periset, baik biaya, waktu
dan tenaga. Kenyataannya peneliti dapat mempelajari, memprediksi dan
menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan
mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan
objek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti
disebut populasi. Sugiyono (2002:55)
menyebut populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yag ditetapkan
periset untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bisa berbentuk
orang, organisasi, kata-kata, kalimat, simbol non-verbal, radio, televisi,
iklan, dan lainnya.
Peneliti yang meneliti seluruh elemen-elemen populasi
disebut sensus, dan jika meneliti
sebagian dari elemen-elemen tertentu disebut sampel. Pada umumnya akan sulit untuk melakukan sensus, karena
jumlah dari elemen relatif besar dan sulit untuk menghitung dikarenakan
keterbatasan biaya, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pihak
peneliti akan meneliti sebagian tertentu dari elemen populasi yang dianggap
sebagai”sampel”, dan anggota sampel dalam penelitian tersebut benar benar
mewakili populasi yang diteliti.
Dalam riset kuantitatif, representatif sampel sangat
diperlukan karena riset kuantitatif bersifat dapat digeneralisasikan. Sampel
yang representatif biasa diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua
unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama
pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan
sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Lawan dari sampel representatif adalah
sampel bias.
Dalam riset komunikasi dikenal dua jenis teknik
sampling, yaitu : sampel probabilitas
dan sampel nonprobabilitias. Sampel
probabilitas, yaitu sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas dimana setiap
unsur populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih melalui
perhitungan secara matematis. Sedangkan sampel nonprobabilitas, yaitu sampel
yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari periset.
B. RANCANGAN
SAMPLING PROBABILITAS
1. Sampling
Random Sederhana
Ini adalah teknik yang paling mudah dilakukan. Disini
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Periset menulis atau memberi nomor pada seluruh anggota populasi, lalu
mengundinya (merandom/mengacak) sampai mendapatkan jumlah sampel yang
dibutuhkan. Cara ini akan menyulitkan bila populasinya sangat besar. Syaratnya
teknik sampling random sederhana ini adalah tersedianya kerangka sampling atau
daftar sampling.
2. Sampling
Sistematis
Periset terlebih dahulu merandom untuk sampel pertama,
sedangkan data berikutnya menggunakan interval tertentu. Misalnya akan diambil
100 sampel dari 1000 populasi. Disini ditentukan rasio atau interval sampel
sebesar 1000:100 = 10. Kemudian peneliti mengundi sampel pertama secara acak
antara 1 sampai 10. Jika terambil no. 5 maka no. 5 adalah sampel pertama,
sampel kedua adalah no.15, ketiga no.25, dan seterusnya sampai jumlahnya 100.
Teknuik sampling sistematis ini juga membutuhkan tersediannya kerangka sampling
atau daftar sampling.
3. Sampling
Berstrata (Stratified Sampling)
Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan kedalam
kelompok atau kategori yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, kota,
jenis kelamin, agama, tingkat penghasilan, dan sebagainya. Sampel ini bertujuan
untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen, artinya suatu
populasi yang dianggap heterogen dikelompokkan kedalam subpopulasi berdasarkan
karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempumyai anggota
sampel yang relative homogen. Teknik ini digunakan untuk populasi bersifat
heterogen dan berstrata, karena teknik ini merupakan sebuah prosedur yang biasa
digunakan untuk mensurvei segmen atau strata yang berbeda dari suatu populasi.
4.
Sampling Klaster (Cluster
Sampling)
Beberapa teknik di atas bisa dilakukan jika tersedia
kerangka sampling (daftar sampling). Namun seringkali peneliti tidak mempunyai
kerangka sampling atau kalaupun tersedia daftar sampling yang terlalu besar.
Salah satu alternative untuk mengatasi hal ini adalah menyeleksi atau
mengelompokkan populasi atau sampel kedalam beberapa kelompok atau kategori.
Kelompok atau kategori ini disebut klaster. Misalnya,
peneliti bermaksud meneliti preferensi menonton TV pada Ibu Rumah Tangga yang
menonton TV ( Tidak hanya daftar ibu yang meonton TV), maka peneliti bisa
mengelompokan ibu rumah tangga berdasarkan wilayah tempat tinggalnya.
Karena itu
sampling klaster ini berkaitan dengan teknik sampling area, dimana populasi
yang berada didaerah besar dibagi dalam beberapa area yang lebih kecil yang
jelas batas- batasnya. Selain itu pembagian atau pengelompokan seperti tersebut
diatas melalui beberapa tahap pengelompokan, karena itu dikenal pula dengan
nama klaster banyak tahap (multistage)
atau sampling gugus bertahap. Klaster selain berupa wilayah,juga bisa berbentuk
sekolah, agama, suku bangsa, jenis pekerjaan, dan sebagainya.
Klaster memiliki beberapa keuntungan: hemat biaya bila
klaster di defenisikan dengan jelas membantu peneliti Menemukan kelompok
populasi di antara populasi yang besar kerana tiadanya daftar sampling,
karakteristik populasi (parameter) dari klaster dapat diberlakukan untuk
seluruh populasi. Namun klaster juga bisa mempunyai kekurangan, yaitu:
kesalahan dalam melakukan pengelompokan yang bisa membuat klaster tidak
representative lagi untuk seluruh populasi.
C. RANCANGAN
SAMPLING NONPROBABILITAS
Yang dimaksud nonprobabilitas adalah sampel tidak
melalui teknik random (acak). Disini semua anggota populasi belum tentu
memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel, disebabkan
pertimbangan- pertimbangan tertentu oleh peneliti. Biasanya penelitian beberapa
teknik sampling yang termasuk nonprobabilitas adalah :
1. Sampling
Purposif ( Purposive Sampling)
Teknik ini mencakup orang- orang yang diseleksi atas
dasar- dasar kriteria- kriteriatertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan orang- orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan
criteria tersebut tidak dijadikan sample. Misalnya dalam penelitian
advertising. Peneliti memilih sampel dari orang- orang yang menggunakan suatu
produk dan menanyakan pada mereka untuk membandingkan antara produk yang
dipakai dengan produk baru. Bila kita meneliti opini mahasiswa terhadap fim
India, maka sampel nya adalah mahasiswa yang pernah menonton film India.
Peneliti mungkin akan memilih sampel
karyawan dengan criteria minimal 10 tahun bekerja, berpendidikan minimal
SMU, pernah ikut rapat dengan manajemen minimal 5 kali dalam setahun, untuk
meneliti proses pengambilan keputusan di perusahaan.
Persoalan utama dalam teknik purposive adalah
menetukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa
riset kualitatif sering mengunakan teknik ini dalam penelitian observasi
eksploritas atau wawancara mendalam. Biasanya teknik purposive dipilih untuk
penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan
representative yang dapat digenarilisasikan.
2. Sampling
Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini hampir sama dengan teknik purposive.
Samling kuota ini adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang
mempunyai kriteria- kriteria tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan
peneliti. Dalam teknik ini, peneliti menetukan jumlah tertentu untuk setiap
strata (kuota) lalu menetukan siapa saja orang-orang yang memenuhi kriteria
sampai jumlah yang ditentukan (kuota) terpenuhi. Mislanya peneliti tertarik
untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam menggunakan televisi antara
orang-orang yang mempunyai pesawat radio dengan tidak mempunyai. Peneliti
mempunyai data bahwa 40% populasi mempunyai pesawar radio, sedangkan 60% tidak.
Peneliti menentukan samel berjumlah 100 orang, maka sampel yang diseleksi
adalah 40% dari total sampel adalh pemilik radio dan 60% dari total sampel
adalah yang tidak mempunyai radio. Hal ini untuk mereflesikan karakteristik
populasi.
3. Sampel
Berdasarkan Kemudahan (Avaible
Sampling/Conveneince Sampling)
Pemilihan sampel ini berdasarkan kemudahan data yang
dimiliki oleh populasi. Misalnya, periset ingin mengetahui opini kalangan
terpelajar terhadap siaran sandiwara radio. Keuntungan teknik ini adalah
mengehemat waktu dan biaya, tetapi mempunyai tingkat generalisasi yang rendah.
Teknik ini biasanya untuk riset awal atau penjajakan.
4. Sampling
Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan
dijumpai untuk dijadikan sampel. Teknik ini digunakan, antara lain karena
peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang
diteliti adalah persoalan umum dimana semua orang mengetahuinya. Peneliti bisa
saja menemui konsumen yang kebetulan melakukan transaksi diperusahaan. Teknik
ini sangat diragukan dalam hal prinsip refresentatif.
5. Sampling
Snowball
Teknik ini banyak ditemui dalam riset kualitatif,
misalnya riset eksplorasi. Sesuai namanya, teknik ini bagaikan bola salju yang
turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar
ukurannya. Jadi, teknik ini merupakan teknik penentuan sampel yang awalnya
berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak. Misalnya periset ingin
mengetahui bagaimana respon masyarakat desa terhadap program koran masuk desa.
6. Teknik
Sampling dan Sensus
Ada satu istilah yang sering kita dengar sehari-hari, yaitu
“sensus”. Misalnya, sensus penduduk atau sensus pertanian. Jika teknik sampling
adalah teknik yang digunakan untuk meneliti sebagian tertentu dari anggota
populasi. Sensus pada dasarnya sebuah riset survei dimana peneliti mengambil
seluruh anggota populasi sebagai respondennya. Dengan demikian sensus
menggunakan total sampling, artinya jumlah total populasi diteliti.
Keuntungan dalam metode sensus adalah memungkinkan
data yang lengkap karena mencerminkan seluruh sifat-sifat populasi. Namun
sensus membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama, dan tenaga. Karena itu
peneliti sensus jarang dilakukan dalam banyak riset. Secara umum, riset dengan
menggunakan teknik sampling ini banyak dilakukan karena:
a.
Anggota
Populasi terlalu besar
b.
Proses
pengumpulan datanya lebih mudah, lebih cepat, dan analisis data relatif lebih
cepat dan teliti karena datanya tidak banyak.
c.
Proses
penelitian lebih cepat dan dapat menghemat waktu.
d.
Penelitian
sampling sangat efektif dan efisien dalam kasus-kasus pengujian standar mutu produk
atau meneliti kerusakan produk.
Namun demikian, tidak berarti sensus tidak layak
dilakukan. Sensus dapat dilakukan bila:
a.
Anggota
populasi tidak terlalu besar dan variabilitas karakteristik anggota populasi
yang tinggi atau heterogenitasnya tinggi.
b.
Sensus
lebih tepat dilakukan jika penelitian bermaksud untuk menjelaskan karakteristik
setiap anggota populasi.
Dalam upaya menentukan sampel penelitian, ada beberapa
tahap yang biasanya dilakukan peneliti, yaitu:
1.
Menentukan
populasi dan mengidentifikasinya
2.
Menentukan
kerangka sampling atau daftar sampling
3.
Menentukan
teknik sampling
4.
Penentuan
unit analisis, bisa berupa individu atau kelompok individu yang dijadikan
sampel.
D. UKURAN
SAMPEL
Dalam
riset kualitatif, besarnya sampel bukan menjadi tolak ukur baik tidaknya riset.
Karena tujuan riset kualitatif bukan untuk menggeneralisasikan temuan
penelitian tetapi lebih bersifat ideografis atau kasuistik. Sedangkan kuantatif
bertujuan generalisasi, karna itu sampel yang baik adalah yang memenuhi unsur representatif.
Mengenai
ukuran sampel, tidak ada ukuran pasti dari banyak peneliti. Ada yang menganggap
pecahan sampling 10% atu 20% dari total populasi sudah dianggap mememadai.
Namun bila populasi nya cukup banyak, agar mempermudah dapat pula dengan 50%,
25% atau minimal 10% dari seluruh populasi, sampel besar atau kecil mempunyai
keuntungan masing-masing, sambel besar mengakibatkan biaya, waktu dan tenaga
yang cukup besar, sedangkan sampel kecil, lebih hemat waktu, tenaga dan biaya
namun tingkat generalisasinya lebih kecil.
Semakin
homogen karakter populasi, maka jumlah sampelnya tidak terlalu besar. Bila
rencana analisis datanya menggunakan analisis tabulasi silang, maka jumlah
sampel harus cukup banyak agar tidak terlalu banyak yang kosong. Bila tenaga,
waktu dan biaya dan fasilitas lainnya tersedia, maka sampel besar tidak
masalah.
Menentukan Ukuran Sampel dengan
Rumus
Penentuan
ukuran atau jumlah sampel juga bisa dilakukan dengan penghitungan statistik.
Penghitungan statistik ini bisa diterapkan baik untuk populasi yang diketahui
jumlah atau yang belum. Berikut akan disampaikan beberapa penghitungan
tersebut:
a.)
Rumus
Slovin
Untuk
menetukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya. Rumusnya
adalah:
n
= N
1 + Ne2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat
ditolerir, misalnya 20%, kemudian e ini dikuadratkan.
b.)
Rumus
Yamane
Digunakan
untuk populasi besar yang didapat dari pendugaan proposi populasi. Misalnya,
berapa persen dari populasi yang menonton TV dan berapa yang tidak.
N=
N
Nd2
+ 1
Misalnya
kita ingin menduga pembaca koran dari populasi 4000 orang. Presisi ditetapkan
diantara 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, maka besarnya sampel adalah:
4000
4000 X (0,05)2 + 1 =364
Sampel pada Riset Kualitatif
Riset
kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset
lebih bersifat kontektual dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat
tertentu sewaktu riset dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak
dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau
subjek penelitian. Dalam studi semiotic, framing
ataupun analisis wacana dikenal dengan istilah korpus. Korpus adalah suatu himpunan
terbatas atau juga terbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atu tunduk
pada aturan yang sama dank arena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan,
meskipun tidak secara langsung menghasilkan generalisasi.
DAFTAR PUSTAKA :
Kriyantono,
Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Ruslan,
Rosady. 2004. Metode Penelitian Public
Relatios dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar