PRODUK-PRODUK PENULISAN PUBLIC RELATIONS
Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004)
adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations (PR)
suatu organisasi/ perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi
media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam
media massa tersebut.
Pengertian dari Press Release
menurut Effendy adalah "Bahan berita yang dikirimkan pihak instansi atau
organisasi, biasanya biasanya dikerjakan oleh bagian Humas ke media massa
dengan harapan dapat disiarkan" (Effendy, 1898 : 80). Press Release atau
siaran pers biasanya hanya berupa lembaran siaran berita yang disampaikan
kepada wartawan atau media massa. (Abdullah, 2004 : 80).
Siaran pers tentu saja tidak hanya
dikirimkan ke media massa, melainkan diharapkan dapat dipublikasikan. Merupakan
sebuah prestasi bagi seorang PR apabila siaran pers yang dibuatnya dapat
dipublikasikan ke media yang menjadi target khalayak organisasi. Untuk itu maka
persyaratan siaran berita adalah harus menyajikan kisah bermutu yang biasa
ditulis oleh para jurnalis.
Hal-hal penting dalam penulisan dan
pengiriman siaran pers agar dapat dipelajari terlebih dahulu, yakni sebagai
berikut (Abdulllah, 2004: 83-84) :
1) Tulislah siaran
pers dengan singkat dan padat.
2) Usahakan mengandung
unsur 5W+1H.
3) Jika diperlukan,
sertakan ilustrasi foto, gambar table, atau data grafk yang diperlukan.
4) Tulislah siaran
pers di atas kertas yang memiliki kop-surat sehingga siaran pers tersebut
menjadi resmi.
5) Cantumkan nama
pejabat yang berwewenang untuk menyiarkan siaran pers ini, misalnya dari kepala
atau manajer humas.
6) Jika siaran pers
berasal dari individu, lampirkan fotokopi identitas dan menandatangani siaran
pers tadi.
1) Kirimkan secepat
mungkin.
2) Jika pengirim
siaran pers sudah mengenal nama wartawan sesuai bidangnya, tujukanlah pada
wartawan tadi.
3) Pengiriman biasa
melalui faksimili.
4) Jika melampirkan
foto atau cetakan berwarna atau contoh produk, lebih baik melalui kurir.
5) Konfirmasi
kembali apakah siaran pers tersebut diterima atau tidak.
Publisitas
tentang suatu informasi, kadang kali tidak cukup hanya disampaikan dalam bentuk
Press Release, sehingga perlu disajikan lebih lengkap dan
rinci dari hanya sekadar Press Release.
Publisitas tersebut bisa dibuat dalam bentuk feature/tuturan/karangan khas.
Sama dengan Press Relase, isinya lebih kuat berupa penyampaian
informasi yang perlu diketahui masyarakat, dan bukan promosi. Karena pada surat
kabar, majalah, radio dan televisi sudah ada ruangan untuk promosi yaitu iklan.
Feature
diterjemahkan sebagai “karangan khas” dan disingkat karhas. Namun, sebagian
lagi ada pula yang menyebutnya sebagai “cerita laporan”, “artikel tuturan”
(Barus, 2010: 172). Feature umumnya dimaksudkan untuk memberi hiburan sebagai
bacaan yang sedap, mendidik, rileks, dan ringan pengutraannya.
“Karangan khas (feature) dalam surat kabar
sebenarnya ibarat “asinan” di dalam sajian makanan, yang tidak memberikan
kalori utama. Akan tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan
khas merupakan bagian yang cukup penting dalam surat kabar tersebut sehingga
bisa memenuhi fungsi ketiga dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan
(entertainment), di samping fungsi memberi informasi dan pendidikan.”
(Djuroto, 2004: 64).
Oleh karena itu, feature selalu
diberi penekanan pada elemen human interest
atau daya tarik kemanusiaannya. Tulisan yang dibuat semata-mata berdasarkan
human interest serta tidak terikat
pada tata penulisan baku dan kaku seperti yang berlaku dalam penulisan berita,
disebut feature (Julian Harris dalam The
Complete Report. Barus, 2010: 172). Begitupun Mc Kinney (Barus, 2010: 172)
mengatakan feature adalah tulisan yang berada di luar semua tulisan yang
pegangan utamanya, 5W+1H.
William
L. Rivers dalam bukunya The News Media
(Barus, 2010: 173) mengatakan bahwa isi surat kabar yang terdiri atas
fakta-fakta disebut berita. Lalu, terdapat bagian lain yang disebut dengan
tajuk rencana, kolom, dan artikel opini. Sisanya yang lain disebut dengan
feature. Jadi, dapat disimpulkan bahwa feature adalah sejenis penulisan dalam
surat kabar yang bukan berita, reportase, atau tulisan lain seperti tajuk
rencana, kolom, atau artikel opini.
Adapula
yang mendefinisikan feature sebagai artikel karangan yang lebih ringan dan umum
tentang human interest atau gaya
hidup ketimbang straight news yang
ditulis dari peristiwa yang masih hangat. Suatu karangan non-fiksi yang muatan
utamanya ialah human interest dapat
disebut feature.
Meskipun
berada di luar penulisan berita atau tulisan lain sebagaimana umumnya, feature
juga merupakan karangan lengkap atau karya tulis pendek yang selesai, seperti
cerpen. Feature juga dikembangkan mengikuti struktur penulisan biasa yang
memiliki bagian pembuka, bagian pengembangan (isi), dan pentutup. Karena mirip
dengan cerpen feature memiliki plot atau alur cerita.
Ketentuan
komposisi, bahasa, pemilihan kata, dan istilah tetaplah mengikuti langgam
jurnalistik. Karena media yang digunakan adalah juga surat kabar, majalah atau
media elektronik, bahasanya pun harus popular, komunikatif, lugas, sederhana,
dan mudah dipahami. Walau teknik penulisannya di luar teknik penulisan berita,
tetapi feature bukan karangan fiksi yang bermuatan ilusi pengarangnya,
melainkan bercerita mengenai sesuatu yang konkret atau nyata, misalnya mengenai
suatu keahlian, cerita tentang tokoh, perjalanan, petualangan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, bahkan sejarah (Barus, 2010: 173).
Gaya Bertutur yang Harus Dihindari
|
Gaya Bertutur yang Dianjurkan
|
Embun berkilau ditimpa cahaya mentari. Butirannya
menggelinding di kelicinan dedaunan Padma. Sebentar meluncur ke kiri, sesaat
kemudian terlontar ke kanan. Terombang-ambing riak air yang ditiup semilir
angin pagi.
|
Amati saja keberadaannya yang membentang di hamparan
taman alam seluas 6,4 hektar. Suatu posisi romantis di tengah-tengah kebun
hijau. Daun-daun yang rimbun, warna-warni bunga yang menantang dan atap-atap
yang lebar bak paying mempersembahkan gambaran kekhasan desa Bali.
|
Feature sebenarnya merupakan sumber
tulisan yang tidak pernah kering. Hal yang diperlukan hanyalah kepekaan dan sedikit
upaya observasi langsung, wawancara, ataupun mencari sumber kepustakaan.
Meski
belum ada kesepakatan dan kesepahaman yang sama antara pakar jurnalistik mengenai
batasan feature, tapi mereka sepakat bahwa feature adalah bukan berita lempang
(straight news) (Wibowo, 2014: 23).
Berita
lempang adalah laporan tentang peristiwa fisik dan intelektual (misalnya bencana
alam atau pendapat seseorang) yang terjadi atau diucapkan pada saat itu, dan ditulis
menggunakan rumus 5 W + 1 H. Berita lempang juga dibuat menggunakan struktur
paramida terbalik yang berarti bahwa segi-segi terpenting dari peristiwa
ditulis pada paragraf pertama yang biasa disebut ‘Lead” kemudian diikuti segi-segi peristiwa lainnya dalam sejumlah
paragraf berikutnya yang dinamakan ‘Body’
dan semakin ke bawah semakin berkurang pentingnya.
Secara
umum ada sejumlah pengertian mengenai feature yang dianut oleh sebagian besar
wartawan dan praktisi jurnalistik yakni :
1. Suatu karangan
yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terperinci
sehingga apa
yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca.
2. Feature adalah
suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum, tentang daya
pikat manusiawi, atau gaya hidup, ketimbang berita lempang yang ditulis dari peristiwa
yang masih hangat.
3. Feature (karangan
khas) adalah artikel yang kreatif kadang-kadang subyektif yang dirancang
terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi
atau aspek kehidupan.
Dari
sejumlah pengertian ini, kesimpulan sementara Feature adalah : artikel atau karangan,
gaya pengutaraannya ringan sedemikian rupa sehingga laporannya hidup dan mengendap
dalam imajinasi pembaca, isinya tentang daya pikat manusiawi atau pun gaya hidup,
wujud kreativitas penulisnya, kadang menampilkan subyektivitas penulis,
bertujuan untuk memberitahu dan menghibur.
Andi
Baso Mappatoto, MA dalam bukunya “ Teknik Penulisan Feature (1994) menjelaskan
bahwa feature adalah “ karangan lengkap nonfiksi bukan berita lempang dalam
media massa yang tak tentu panjangnya,dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan
daya kreativitas penulis kadang-kadang dengan sentuhan subyektivitas pengarang
terhadap suatu Peristiwa.”
Karangan
khas yang ditujukan ke redaksi media massa memang tidak mempunyai patokan tentang
jumlah kata yang digunakan. Biasanya jumlah kata berkisar antara 100 dan 2000
kata kalau tulisan akan diterbitkan dalam surat kabar harian atau surat kabar
berkala. Penyampaian karangan khas tidak formal dan kaku seperti halnya berita
lempang. Secara umum, karangan akan memberi kesan hidup jikalau ada dialog atau
anekdot dan pilihan kata yang menarik (diksi).
Selain
feature untuk dikirim ke media massa,
juga bisa dimanfaatkan kemampuan menulis feature ini untuk mengisi
rubrik-rubrik dalam media Public
Relations dalam bentuk House Journal
(seperti buletin, majalah, surat kabar,
koran dinding suatu perusahaan/oraganisasi) atau nama lain House in Journal adalah company newspaper (surat kabar perusahaan), in house magazine (majalah internal )
atau employee newspaper (surat kabar karyawan).
Dengan
kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature
mencakup lima hal :
1) Sebagai
pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news);
2) Pemberi
informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi;
3) Penghibur atau
sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan;
4) Wahana pemberi
nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa;
5) Sarana ekspresi
yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak
Feature
Sejarah adalah feature tentang peristiwa masa lalu yang masih menarik untuk
diberitakan pada masa kini. Feature ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah,
peristiwa sejarah, tokoh masa lampau, dan peninggalan bersejarah. Sejarah
berlangsung sejak ribuan tahun silam
hingga satu abad terakhir, baik dalam lingkup internasional dan nasional maupun
dalam lingkup regional dan lokal, senantiasa menjadi objek cerita feature yang
amat menarik.
Untuk
dapat menulis feature sejarah diperlukan pengetahuan dan ketelitian serta
kelengkapan bahan-bahan rujukan mengenai materi yang hendak diceritakan. Jika
hal itu telah dikuasai, pekerjaan selanjutnya tidaklah sulit. Misalnya
menceritakan sesuatu yang tidak sempat dicatat penulis sejarah mengenai sebuah
peperangan di sebuah desa ketika melawan Belanda di masa revolusi. Kisah-kisah
yang unik yang belum diketahui umum ketika Jenderal Soedirman bergerilya. Kisah
tentang keadaan Desa Banaran saat ini (tempat Wakil Panglima Angkatan Perang,
TB Simatupang, pernah berkunjung mempertahankan kemerdekaan).
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menulis Feature Sejarah :
1. Feature sejarah
memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan,
pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga
sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang
tokoh.
2. Kisah feature
sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang memangkitkan
minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat
peristiwa di masa lalu.
3. Feature sejarah
juga sering melukiskan landmark (monumen atau gedung) terkenal, pionir,
filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola
perumahan, makanan, industri, agama, dan kemakmuran.
4. Setiap kota atau
sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature
yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan
dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa-peristiwa bersejarah.
Begitu
juga kisah-kisah berbau mistis, namun tetap dalam konteks sejarah, seperti
kisah mengenai kereta kencana milik keraton Yogyakarta sebagai berikut :
Kekuatan Gaib Kereta Nyai Jimat
Nyai jimat,
sebuah kereta kencana milik keraton Yogyakarta, masih mempunyai kekuatan gaib,
di antara puluhan kereta kencana yang dipunyai Sri Sultan Hamengkubuwono.
Kereta buatan Belanda tahun 1830 itu merupakan kelangenan dan selalu
dipergunakan untuk pesiar ataupun keliling projo
(negeri).
Dalam
mempersiapkan upacara siraman kereta kencana yang berlapis emas tersebut, para abdi dalem di bawah arahan KRT (Kanjeng
Raden Tumanggung) Kudo Wijoyo tidak main-main. Seminggu sebelumnya para
punggawa yang memperoleh tugas membersihkan bagian atap harus puasa terlebih
dahulu, begitu juga yang akan membersihkan dampar (tempat duduk) dalam kereta.
Menurut KRT Kudo
Wijoyo, sebelum membawa keluar kerta kencana Nyai Jimat, seluruh abdi dalem harus
tunggur serta memasang sesaji. Kalau syarat tersebut tidak dilakukan atau
dilanggar oleh abdi dalem, pasti ada halangannya……
Upacara siraman
Nyai Jimat yang dilakukan di Museum Rotowijayan, selalu dipadati pengunjung.
Hampir semua pengunjung membawa botol atau jeriken plastik untuk membawa pulang
air sisa siraman. Menurut kepercayaan, air tersebut dianggap berkah karena
dapat menyuburkan tanaman di sawah ataupun membuat awet muda bila dipakai cuci
muka.
…Menurut cerita,
kereta pusaka Nyai Jimat tersebut diperoleh dari Laut Pantai Selatan (Pulau
Jawa)…
Terlepas dari
benar tidaknya cerita rakyat tersebut, yang jelas kereta kencana serupa, kini
tersimpan di museum Spanyol dan Kerjaan Belanda… . (Hendrijanto, Pos Kota, 7 Juli 1994).
Dalam meriwayatkan sesuatu yang
mistis itu, si penulis seperti berdongeng, namun tetap taat bahwa kisah ini
mengani sesuatu yang benar-benar ada. Walau yang diceritakan sesuatu yang tidak
logis, kisah itu merupakan kisah nyata yang tidak menjurus pula pada
sifat-sifat mistis. Penulis juga tidak lupa menyisipkan adanya fakta bahwa
kereta serupa juga ada di museum Spanyol dan Kerajaan Belanda. Bahkan di awal
ceritanya ia sudah mengingatkan, “kereta
buatan Belanda tahun 1830 itu” berfungsi sebagai “kelangenan dan selaly dipergunakan untuk pesiar ataupun keliling projo
(negeri)”.
Dalam hidup, manusia memerlukan
keteladanan. Jika anak-anak dalam perkembangan jiwanya mengadakan imitasi atas
semua perilaku orang tuanya, orang dewasa meneladani watak, karakter, sifat-sifat
pribadi orang lain yang dinilai baik dan buruknya. Feature tokoh atau biografi
ini ditulis agar pembaca memperoleh kesan semacam itu.
Feature
biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang, terutama kalangan
tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk
negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia. Ini
bisa merupakan kisah (biografi) singkat seorang tokoh yang memiliki pengaruh
besar dalam masyarakat. Bisa juga mengenai orang biasa tapi belum begitu
dikenal, tetapi memiliki kepribadian luar biasa yang patut dicontoh, misalnya
mungkin karena ketekunannya dalam hidup, perjuangan hidupnya melawan
penderitaan, ciptaannya, atau prinsip-prinsipnya mengenai masalah.
Dengan kata lain, orang yang
ditokohkan itu memiliki pandangan hidup, berkepribadian, teguh memegang
keyakinan, serta mempunyai determinasi mengatasi persoalan. Oleh sebab itu,
feature tokoh atau biografi bisa juga sama dengan feature sejarah karena
ketokohannya dalam sejarah. Bisa juga seperti feature ilmiah kalau ia seorang
yang kreatif, produktif, dan inovatif dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Intinya adalah uraian tentang
tahap-tahap jalan hidup seseorang menuju puncak ketenaran dalam pengertian
dikotomis: baik dan yang buruk. Misalnya seseorang sukses sebagai pengusaha
raksasa, atau seorang jadi penjahat ulung atau perampok hebat.
Feature
semacam ini sering kali harus ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan orang
yang ditokohkan, walau bisa juga diperkuat dengan literature dan bacaan lain
yang dapat mendukung. Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan
bahan. Pertama, tulis latar belakang
hidup seseorang termasuk orang-orang yang pernah dekat dengannya. Kedua, apa yang pernah dan sedang
dilakukannya. Ketiga, apa sebenarnya
cita-cita atau aspirasinya (Wibowo, 2014: 25).
Profesi Boleh Sederhana, Tapi Semangat Luar Biasa
Tukang parkir,
profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak
orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia.
Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani Ngatiman. Ayah dari satu
orang anak ini sudah 12 tahun menjadi tukan parkir di Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa
tanggung jawab yang besar tidak membuat Ngatiman berkecil hati.
Lelaki kelahiran
Sidokarto ini setiap bulanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000.
Walau dengan gaji yang cukup kecil itu, Ngatiman tetap menerimanya dengan penuh
rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani
dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’. Dengan hadirnya seorang anak dalam
keluarga sederhananya, Ngatiman semakin merasa bertambahnya beban yang harus
dipikulnya. Anak yang Ngatiman masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya.
Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Ngatiman berusaha dengan baik mengatur
pengeluaran yang diperlukan keluarganya.
Selain karena
panggilan, alasan lain mengapa Ngatiman memilih bekerja sebagai tukang parkir
adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar
belakang pendidikannya. Sekali lagi Ngatiman tetap bersyukur, di kota besar
seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan
bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak ini tetap
merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.
Semua pekerjaan
pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami Ngatiman. Menjalani profesi
sebagai tukang parkir tidak membuat
Ngatiman terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. Terkadang ada beberapa
Mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan kendaraanya. Padahal itu semua
adalah untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, Ngatiman terus bersabar
menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang
sedang dijalaninya itu.
Jika ada waktu
luang, Ngatiman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an.
Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak.
Walau Ia miskin harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia
selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang
ke 39, Ngatiman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan
lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati
seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi tukang
parkir dijalani ngatiman mulai tahun 2000. Tukang parkir yang selalu mengenakan
peci ini banyak dikenal Mahasiswa, baik karena penampilannya yang khas, maupun
sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat Ngatiman disegani
oleh banyak orang.
Penulis
feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar
dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar
masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan
tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan
jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk
berkomunikasi.
Setelah
reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses
penulisan dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang
pendek tetapi menarik bagi pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke
berita lain.Teras dari tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras
feature sering kali berisi contoh, kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa
berita. Teras berita yang unik, mencolok dan menarik dapat diaplikasikan saat
menulis tulisan feature. Ketika reporter telah menyelesaikan wawancara dan
observasi, dia harus memilih teras berita berdasarkan pertimbangan:
Bagian apa yang paling berpengaruh?
Kisah apa yang ingin disampaikan?
Apa yang membuat tulisan feature dapat dikatakan “kisah ini benar-benar
menarik”?
Biasanya
feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf
inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf
inti membantu pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi
pembaca mengapa ia harus membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat
isi berita terkini jika berita feature ini dikaitkan dengan suatu kejadian.
Berita
feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang.
Penulis sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog,
deskripsi, narasi dan klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika
dimungkinkan dan tepat.Tujuan utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan
menarik pembaca tanpa henti. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca
dapat membaca dengan urutan logis.
Penataan
susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat
ditulis secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti dalam
film. Jika penulis menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka pikatlah
perhatian pembaca dengan sedikit informasi sembari tetap mempertahankan
ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang amat sulit. Penulis feature harus
menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka menulis.
Menurut
W.S. Rendra (Barus, 2010: 191) terdapat teknik yang bersifat umum dan khusus.
Teknik umum bersifat dasar dan bisa disusun sebagai pelajaran, serta digunakan
secara umum. Sementara itu, teknik khusus timbul dari pribadi seseorang yang
memang bisa lain dari teknik-teknik biasa. Pada tingkat tertentu teknik bisa
menjadi gaya seseorang. Namun, teknik umum selalu penting dalam kehidupan
seseorang yang menjadi pengarang, pelukis, wartawan, dan sebagainya. Struktur
tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1.
Lead
Berita
umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W +
1 H (what, who, why, when, where:
apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana). Untuk penerbitan berupa apid,
susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena apid
a tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead
berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus
memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian.
Feature
sama dalam masalah lead, artinya harus memikat. Tetapi feature tidak tunduk
pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan
ending (penutup). Penutup sebuah feature apid sama pentingnya dengan lead. Semua bagaian
dalam apid a itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah
pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan
membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Bahasa harus apid an terjaga
bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tidak ada teori yang baku bagaimana
menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga
perkembangan.
2. Batang Tubuh
Hal
pertama yang diperhatikan dalam tubuh karangan adalah fokus cerita jangan
sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan
pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk
pemanis sebuah feature. Kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh
dengan suatu reportase.
3.
Ending
Jika
batang tubuh sudah selesai, bagian terakhir yaitu membuat penutup. Dalam berita
tidak ada penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.
a. Penutup Ringkasan: Sifatnya merangkum kembali
cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.
b. Penutup Penyengat: Membuat pembaca kaget
karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya,
menulis feature tentang penjahat yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah
sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan penjahat itu pun
sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: “Esok harinya, penjahat itu
telah kabur kembali”. Ending ini disimpan sejak tadi.
c. Penutup Klimaks: Ini penutup biasa karena
cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas.
d. Penutup tanpa Penyelesaian: Cerita berakhir dengan
mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil
kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung,
masih ada kelanjutan.
PENUTUP
Jenis karangan seperti feature banyak di
tulis oleh orang luar, tidak hanya pada profesi wartawan ataupun seorang Public Relations, hal ini dikarenakan
dalam penulisan feature tidak mengutamakan kaidah 5W + 1H seperti halnya
berita. Dalam penulisan feature yang perlu diperhatikan adalah struktur
penulisannya yang terdiri dari lead,
body, dan ending. Sebab, lead sebuah feature sama halnya dengan lead berita
kebanyakan yang harus mampu menarik perhatian pembaca. Jika pembaca tertarik,
maka ia akan melanjutkannya namun jika tidak hanya akan terlewat begitu saja.
Feature beragam jenisnya, tetapi yang
dibahas pada makalah ini adalah feature sejarah dan feature biografi. Setelah
dikaji ulang, antara keduanya tetap menonjolkan sisi human interest. Human
interest memang menjadi salah satu ciri khas dalam penulisan feature.
Abdullah, Aceng.
2004. Press Relations. Kiat Berhubungan
dengan Media Massa. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta : Erlangga.
Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2008. PR Writing : Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta
: Kencana.
Soemirat, Soleh
dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar
Public Relations. Cetakan Ketiga. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Wahyu Wibowo,
Indiwan Seto. 2014. Teknik Penulisan
Berita & Feature. Diklat Dasar Jabatan Fungsional Pranata Humas Tingkat
Ahli 1 september 2014.
Komentar
Posting Komentar