Langsung ke konten utama

PR WRITING


PRODUK-PRODUK PENULISAN PUBLIC RELATIONS
            Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004) adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations (PR) suatu organisasi/ perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.
            Pengertian dari Press Release menurut Effendy adalah "Bahan berita yang dikirimkan pihak instansi atau organisasi, biasanya biasanya dikerjakan oleh bagian Humas ke media massa dengan harapan dapat disiarkan" (Effendy, 1898 : 80). Press Release atau siaran pers biasanya hanya berupa lembaran siaran berita yang disampaikan kepada wartawan atau media massa. (Abdullah, 2004 : 80).
            Siaran pers tentu saja tidak hanya dikirimkan ke media massa, melainkan diharapkan dapat dipublikasikan. Merupakan sebuah prestasi bagi seorang PR apabila siaran pers yang dibuatnya dapat dipublikasikan ke media yang menjadi target khalayak organisasi. Untuk itu maka persyaratan siaran berita adalah harus menyajikan kisah bermutu yang biasa ditulis oleh para jurnalis.
            Hal-hal penting dalam penulisan dan pengiriman siaran pers agar dapat dipelajari terlebih dahulu, yakni sebagai berikut (Abdulllah, 2004: 83-84) :
1)      Tulislah siaran pers dengan singkat dan padat.
2)      Usahakan mengandung unsur 5W+1H.
3)      Jika diperlukan, sertakan ilustrasi foto, gambar table, atau data grafk yang diperlukan.
4)      Tulislah siaran pers di atas kertas yang memiliki kop-surat sehingga siaran pers tersebut menjadi resmi.
5)      Cantumkan nama pejabat yang berwewenang untuk menyiarkan siaran pers ini, misalnya dari kepala atau manajer humas.
6)      Jika siaran pers berasal dari individu, lampirkan fotokopi identitas dan menandatangani siaran pers tadi.
1)      Kirimkan secepat mungkin.
2)      Jika pengirim siaran pers sudah mengenal nama wartawan sesuai bidangnya, tujukanlah pada wartawan tadi.
3)      Pengiriman biasa melalui faksimili.
4)      Jika melampirkan foto atau cetakan berwarna atau contoh produk, lebih baik melalui kurir.
5)      Konfirmasi kembali apakah siaran pers tersebut diterima atau tidak.
Publisitas tentang suatu informasi, kadang kali tidak cukup hanya disampaikan dalam bentuk Press Release,  sehingga perlu disajikan lebih lengkap dan rinci dari hanya sekadar Press Release. Publisitas tersebut bisa dibuat dalam bentuk feature/tuturan/karangan khas. Sama dengan Press Relase,  isinya lebih kuat berupa penyampaian informasi yang perlu diketahui masyarakat, dan bukan promosi. Karena pada surat kabar, majalah, radio dan televisi sudah ada ruangan untuk promosi yaitu iklan.
Feature diterjemahkan sebagai “karangan khas” dan disingkat karhas. Namun, sebagian lagi ada pula yang menyebutnya sebagai “cerita laporan”, “artikel tuturan” (Barus, 2010: 172). Feature umumnya dimaksudkan untuk memberi hiburan sebagai bacaan yang sedap, mendidik, rileks, dan ringan pengutraannya.
Karangan khas (feature) dalam surat kabar sebenarnya ibarat “asinan” di dalam sajian makanan, yang tidak memberikan kalori utama. Akan tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan khas merupakan bagian yang cukup penting dalam surat kabar tersebut sehingga bisa memenuhi fungsi ketiga dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan (entertainment), di samping fungsi memberi informasi dan pendidikan.” (Djuroto, 2004: 64).
            Oleh karena itu, feature selalu diberi penekanan pada elemen human interest atau daya tarik kemanusiaannya. Tulisan yang dibuat semata-mata berdasarkan human interest serta tidak terikat pada tata penulisan baku dan kaku seperti yang berlaku dalam penulisan berita, disebut feature (Julian Harris dalam The Complete Report. Barus, 2010: 172). Begitupun Mc Kinney (Barus, 2010: 172) mengatakan feature adalah tulisan yang berada di luar semua tulisan yang pegangan utamanya, 5W+1H.
              William L. Rivers dalam bukunya The News Media (Barus, 2010: 173) mengatakan bahwa isi surat kabar yang terdiri atas fakta-fakta disebut berita. Lalu, terdapat bagian lain yang disebut dengan tajuk rencana, kolom, dan artikel opini. Sisanya yang lain disebut dengan feature. Jadi, dapat disimpulkan bahwa feature adalah sejenis penulisan dalam surat kabar yang bukan berita, reportase, atau tulisan lain seperti tajuk rencana, kolom, atau artikel opini.
Adapula yang mendefinisikan feature sebagai artikel karangan yang lebih ringan dan umum tentang human interest atau gaya hidup ketimbang straight news yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat. Suatu karangan non-fiksi yang muatan utamanya ialah human interest dapat disebut feature.
Meskipun berada di luar penulisan berita atau tulisan lain sebagaimana umumnya, feature juga merupakan karangan lengkap atau karya tulis pendek yang selesai, seperti cerpen. Feature juga dikembangkan mengikuti struktur penulisan biasa yang memiliki bagian pembuka, bagian pengembangan (isi), dan pentutup. Karena mirip dengan cerpen feature memiliki plot atau alur cerita.
Ketentuan komposisi, bahasa, pemilihan kata, dan istilah tetaplah mengikuti langgam jurnalistik. Karena media yang digunakan adalah juga surat kabar, majalah atau media elektronik, bahasanya pun harus popular, komunikatif, lugas, sederhana, dan mudah dipahami. Walau teknik penulisannya di luar teknik penulisan berita, tetapi feature bukan karangan fiksi yang bermuatan ilusi pengarangnya, melainkan bercerita mengenai sesuatu yang konkret atau nyata, misalnya mengenai suatu keahlian, cerita tentang tokoh, perjalanan, petualangan, ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan sejarah (Barus, 2010: 173).
Gaya Bertutur yang Harus Dihindari
Gaya Bertutur yang Dianjurkan
Embun berkilau ditimpa cahaya mentari. Butirannya menggelinding di kelicinan dedaunan Padma. Sebentar meluncur ke kiri, sesaat kemudian terlontar ke kanan. Terombang-ambing riak air yang ditiup semilir angin pagi.
Amati saja keberadaannya yang membentang di hamparan taman alam seluas 6,4 hektar. Suatu posisi romantis di tengah-tengah kebun hijau. Daun-daun yang rimbun, warna-warni bunga yang menantang dan atap-atap yang lebar bak paying mempersembahkan gambaran kekhasan desa Bali.

            Feature sebenarnya merupakan sumber tulisan yang tidak pernah kering. Hal yang diperlukan hanyalah kepekaan dan sedikit upaya observasi langsung, wawancara, ataupun mencari sumber kepustakaan.
Meski belum ada kesepakatan dan kesepahaman yang sama antara pakar jurnalistik mengenai batasan feature, tapi mereka sepakat bahwa feature adalah bukan berita lempang (straight news) (Wibowo, 2014: 23).
Berita lempang adalah laporan tentang peristiwa fisik dan intelektual (misalnya bencana alam atau pendapat seseorang) yang terjadi atau diucapkan pada saat itu, dan ditulis menggunakan rumus 5 W + 1 H. Berita lempang juga dibuat menggunakan struktur paramida terbalik yang berarti bahwa segi-segi terpenting dari peristiwa ditulis pada paragraf pertama yang biasa disebut ‘Lead” kemudian diikuti segi-segi peristiwa lainnya dalam sejumlah paragraf berikutnya yang dinamakan ‘Body’ dan semakin ke bawah semakin berkurang pentingnya.
Secara umum ada sejumlah pengertian mengenai feature yang dianut oleh sebagian besar wartawan dan praktisi jurnalistik yakni :
1.      Suatu karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terperinci
sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca.
2.      Feature adalah suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum, tentang daya pikat manusiawi, atau gaya hidup, ketimbang berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat.
3.      Feature (karangan khas) adalah artikel yang kreatif kadang-kadang subyektif yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan.
Dari sejumlah pengertian ini, kesimpulan sementara Feature adalah : artikel atau karangan, gaya pengutaraannya ringan sedemikian rupa sehingga laporannya hidup dan mengendap dalam imajinasi pembaca, isinya tentang daya pikat manusiawi atau pun gaya hidup, wujud kreativitas penulisnya, kadang menampilkan subyektivitas penulis, bertujuan untuk memberitahu dan menghibur.
Andi Baso Mappatoto, MA dalam bukunya “ Teknik Penulisan Feature (1994) menjelaskan bahwa feature adalah “ karangan lengkap nonfiksi bukan berita lempang dalam media massa yang tak tentu panjangnya,dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas penulis kadang-kadang dengan sentuhan subyektivitas pengarang terhadap suatu Peristiwa.”
Karangan khas yang ditujukan ke redaksi media massa memang tidak mempunyai patokan tentang jumlah kata yang digunakan. Biasanya jumlah kata berkisar antara 100 dan 2000 kata kalau tulisan akan diterbitkan dalam surat kabar harian atau surat kabar berkala. Penyampaian karangan khas tidak formal dan kaku seperti halnya berita lempang. Secara umum, karangan akan memberi kesan hidup jikalau ada dialog atau anekdot dan pilihan kata yang menarik (diksi).
Selain  feature untuk dikirim ke media massa, juga bisa dimanfaatkan kemampuan menulis feature ini untuk mengisi rubrik-rubrik dalam media Public Relations dalam bentuk House Journal  (seperti buletin, majalah, surat kabar, koran dinding suatu perusahaan/oraganisasi) atau nama lain House in Journal  adalah company newspaper  (surat kabar perusahaan), in house magazine (majalah internal ) atau employee newspaper  (surat kabar karyawan).
Dengan kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature mencakup lima hal :
1)      Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news);
2)      Pemberi informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi;
3)      Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan;
4)      Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa;
5)      Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak

Feature Sejarah adalah feature tentang peristiwa masa lalu yang masih menarik untuk diberitakan pada masa kini. Feature ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah, peristiwa sejarah, tokoh masa lampau, dan peninggalan bersejarah. Sejarah berlangsung  sejak ribuan tahun silam hingga satu abad terakhir, baik dalam lingkup internasional dan nasional maupun dalam lingkup regional dan lokal, senantiasa menjadi objek cerita feature yang amat menarik.
Untuk dapat menulis feature sejarah diperlukan pengetahuan dan ketelitian serta kelengkapan bahan-bahan rujukan mengenai materi yang hendak diceritakan. Jika hal itu telah dikuasai, pekerjaan selanjutnya tidaklah sulit. Misalnya menceritakan sesuatu yang tidak sempat dicatat penulis sejarah mengenai sebuah peperangan di sebuah desa ketika melawan Belanda di masa revolusi. Kisah-kisah yang unik yang belum diketahui umum ketika Jenderal Soedirman bergerilya. Kisah tentang keadaan Desa Banaran saat ini (tempat Wakil Panglima Angkatan Perang, TB Simatupang, pernah berkunjung mempertahankan kemerdekaan).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis Feature Sejarah :
1.      Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
2.      Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa di masa lalu.
3.      Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen atau gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama, dan kemakmuran.
4.      Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
Begitu juga kisah-kisah berbau mistis, namun tetap dalam konteks sejarah, seperti kisah mengenai kereta kencana milik keraton Yogyakarta sebagai berikut :
Kekuatan Gaib Kereta Nyai Jimat
Nyai jimat, sebuah kereta kencana milik keraton Yogyakarta, masih mempunyai kekuatan gaib, di antara puluhan kereta kencana yang dipunyai Sri Sultan Hamengkubuwono. Kereta buatan Belanda tahun 1830 itu merupakan kelangenan dan selalu dipergunakan untuk pesiar ataupun keliling projo (negeri).
Dalam mempersiapkan upacara siraman kereta kencana yang berlapis emas tersebut, para abdi dalem di bawah arahan KRT (Kanjeng Raden Tumanggung) Kudo Wijoyo tidak main-main. Seminggu sebelumnya para punggawa yang memperoleh tugas membersihkan bagian atap harus puasa terlebih dahulu, begitu juga yang akan membersihkan dampar (tempat duduk) dalam kereta.
Menurut KRT Kudo Wijoyo, sebelum membawa keluar kerta kencana Nyai Jimat, seluruh abdi dalem harus tunggur serta memasang sesaji. Kalau syarat tersebut tidak dilakukan atau dilanggar oleh abdi dalem, pasti ada halangannya……
Upacara siraman Nyai Jimat yang dilakukan di Museum Rotowijayan, selalu dipadati pengunjung. Hampir semua pengunjung membawa botol atau jeriken plastik untuk membawa pulang air sisa siraman. Menurut kepercayaan, air tersebut dianggap berkah karena dapat menyuburkan tanaman di sawah ataupun membuat awet muda bila dipakai cuci muka.
…Menurut cerita, kereta pusaka Nyai Jimat tersebut diperoleh dari Laut Pantai Selatan (Pulau Jawa)…
Terlepas dari benar tidaknya cerita rakyat tersebut, yang jelas kereta kencana serupa, kini tersimpan di museum Spanyol dan Kerjaan Belanda… . (Hendrijanto, Pos Kota, 7 Juli 1994).
            Dalam meriwayatkan sesuatu yang mistis itu, si penulis seperti berdongeng, namun tetap taat bahwa kisah ini mengani sesuatu yang benar-benar ada. Walau yang diceritakan sesuatu yang tidak logis, kisah itu merupakan kisah nyata yang tidak menjurus pula pada sifat-sifat mistis. Penulis juga tidak lupa menyisipkan adanya fakta bahwa kereta serupa juga ada di museum Spanyol dan Kerajaan Belanda. Bahkan di awal ceritanya ia sudah mengingatkan, “kereta buatan Belanda tahun 1830 itu” berfungsi sebagai “kelangenan dan selaly dipergunakan untuk pesiar ataupun keliling projo (negeri)”.

            Dalam hidup, manusia memerlukan keteladanan. Jika anak-anak dalam perkembangan jiwanya mengadakan imitasi atas semua perilaku orang tuanya, orang dewasa meneladani watak, karakter, sifat-sifat pribadi orang lain yang dinilai baik dan buruknya. Feature tokoh atau biografi ini ditulis agar pembaca memperoleh kesan semacam itu.
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang, terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia. Ini bisa merupakan kisah (biografi) singkat seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Bisa juga mengenai orang biasa tapi belum begitu dikenal, tetapi memiliki kepribadian luar biasa yang patut dicontoh, misalnya mungkin karena ketekunannya dalam hidup, perjuangan hidupnya melawan penderitaan, ciptaannya, atau prinsip-prinsipnya mengenai masalah.
            Dengan kata lain, orang yang ditokohkan itu memiliki pandangan hidup, berkepribadian, teguh memegang keyakinan, serta mempunyai determinasi mengatasi persoalan. Oleh sebab itu, feature tokoh atau biografi bisa juga sama dengan feature sejarah karena ketokohannya dalam sejarah. Bisa juga seperti feature ilmiah kalau ia seorang yang kreatif, produktif, dan inovatif dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
            Intinya adalah uraian tentang tahap-tahap jalan hidup seseorang menuju puncak ketenaran dalam pengertian dikotomis: baik dan yang buruk. Misalnya seseorang sukses sebagai pengusaha raksasa, atau seorang jadi penjahat ulung atau perampok hebat.
Feature semacam ini sering kali harus ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan orang yang ditokohkan, walau bisa juga diperkuat dengan literature dan bacaan lain yang dapat mendukung. Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan bahan. Pertama, tulis latar belakang hidup seseorang termasuk orang-orang yang pernah dekat dengannya. Kedua, apa yang pernah dan sedang dilakukannya. Ketiga, apa sebenarnya cita-cita atau aspirasinya (Wibowo, 2014: 25).
Profesi Boleh Sederhana, Tapi Semangat Luar Biasa
Tukang parkir, profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani Ngatiman. Ayah dari satu orang anak ini sudah 12 tahun menjadi tukan parkir di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Ngatiman berkecil hati.
Lelaki kelahiran Sidokarto ini setiap bulanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000. Walau dengan gaji yang cukup kecil itu, Ngatiman tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’. Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Ngatiman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak yang Ngatiman masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Ngatiman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.
Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Ngatiman memilih bekerja sebagai tukang parkir adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi Ngatiman tetap bersyukur, di kota besar seperti Yogyakarta masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.
Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami Ngatiman. Menjalani profesi sebagai tukang parkir  tidak membuat Ngatiman terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. Terkadang ada beberapa Mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan kendaraanya. Padahal itu semua adalah untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, Ngatiman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu.
Jika ada waktu luang, Ngatiman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an. Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau Ia miskin harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke 39, Ngatiman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi tukang parkir dijalani ngatiman mulai tahun 2000. Tukang parkir yang selalu mengenakan peci ini banyak dikenal Mahasiswa, baik karena penampilannya yang khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat Ngatiman disegani oleh banyak orang.
Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi.
Setelah reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses penulisan dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang pendek tetapi menarik bagi pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke berita lain.Teras dari tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi contoh, kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita yang unik, mencolok dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis tulisan feature. Ketika reporter telah menyelesaikan wawancara dan observasi, dia harus memilih teras berita berdasarkan pertimbangan:
Bagian apa yang paling berpengaruh?
Kisah apa yang ingin disampaikan?
Apa yang membuat tulisan feature dapat dikatakan “kisah ini benar-benar menarik”?
Biasanya feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf inti membantu pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi pembaca mengapa ia harus membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat isi berita terkini jika berita feature ini dikaitkan dengan suatu kejadian.
Berita feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang. Penulis sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog, deskripsi, narasi dan klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika dimungkinkan dan tepat.Tujuan utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
Penataan susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat ditulis secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti dalam film. Jika penulis menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka pikatlah perhatian pembaca dengan sedikit informasi sembari tetap mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang amat sulit. Penulis feature harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka menulis.
Menurut W.S. Rendra (Barus, 2010: 191) terdapat teknik yang bersifat umum dan khusus. Teknik umum bersifat dasar dan bisa disusun sebagai pelajaran, serta digunakan secara umum. Sementara itu, teknik khusus timbul dari pribadi seseorang yang memang bisa lain dari teknik-teknik biasa. Pada tingkat tertentu teknik bisa menjadi gaya seseorang. Namun, teknik umum selalu penting dalam kehidupan seseorang yang menjadi pengarang, pelukis, wartawan, dan sebagainya. Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1.      Lead
Berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana). Untuk penerbitan berupa apid, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena apid a tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian.
Feature sama dalam masalah lead, artinya harus memikat. Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature apid  sama pentingnya dengan lead. Semua bagaian dalam apid a itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Bahasa harus apid an terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tidak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan.
2.      Batang Tubuh
Hal pertama yang diperhatikan dalam tubuh karangan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.
3.      Ending
Jika batang tubuh sudah selesai, bagian terakhir yaitu membuat penutup. Dalam berita tidak ada penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.
a.       Penutup Ringkasan: Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.
b.      Penutup Penyengat: Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang penjahat yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan penjahat itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: “Esok harinya, penjahat itu telah kabur kembali”. Ending ini disimpan sejak tadi.
c.       Penutup Klimaks: Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas.
d.      Penutup tanpa Penyelesaian: Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan.





PENUTUP
Jenis karangan seperti feature banyak di tulis oleh orang luar, tidak hanya pada profesi wartawan ataupun seorang Public Relations, hal ini dikarenakan dalam penulisan feature tidak mengutamakan kaidah 5W + 1H seperti halnya berita. Dalam penulisan feature yang perlu diperhatikan adalah struktur penulisannya yang terdiri dari lead, body, dan ending. Sebab, lead sebuah feature sama halnya dengan lead berita kebanyakan yang harus mampu menarik perhatian pembaca. Jika pembaca tertarik, maka ia akan melanjutkannya namun jika tidak hanya akan terlewat begitu saja.
Feature beragam jenisnya, tetapi yang dibahas pada makalah ini adalah feature sejarah dan feature biografi. Setelah dikaji ulang, antara keduanya tetap menonjolkan sisi human interest. Human interest memang menjadi salah satu ciri khas dalam penulisan feature.
  

Abdullah, Aceng. 2004. Press Relations. Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta : Erlangga.
Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2008. PR Writing : Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta : Kencana.
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Cetakan Ketiga. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. 2014. Teknik Penulisan Berita & Feature. Diklat Dasar Jabatan Fungsional Pranata Humas Tingkat Ahli 1 september 2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUBLIC SPEAKING

PUBLIC SPEAKING 2.1.   Ruang Lingkup Public Speaking A.     Pengertian Retorika Hornby dan Parnwell (1961; 364) mengartikan istilah “ retorika ” sebagai seni penggunaan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara dengan menggunakan pertunjukan dan rekaan di depan orang banyak. Dengan penekanan pada aspek seni, retorika jelas berbeda dengan bentuk atau cara berbicara lainnya. Dalam hal ini, berbicara dengan menggunakan seni mengandung maksud agar cara berbicara lebih menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Batasan pengertian di atas, memiliki kesamaan arti dengan istilah public speaking yang oleh Carnegie (Syamsudin : 4) dinyatakan mengandung makna berbicara atau berpidato di depan umum berdasarkan prinsip yang menggunakan teknik dan strategi komunikasi agar berhasil memengaruhi khalayak orang banyak. Apakah pengertian “ retorika ” dan “ public speaking ” tersebut sama? Jika ditel

MANAJEMEN OPINI DALAM OPINI PUBLIK

MANAJEMEN OPINI DALAM OPINI PUBLIK A.      Hakikat Opini Publik Istilah opini publik berasal dari public opinion (bahasa Inggris), kemudian diterjemahkan menjadi istilah pendapat umum. Dalam aktivitas public relations yang menyangkut pendapat umum (opini publik) tersebut merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan menciptakan opini publik positif dan pada akhirnya akan tercipta suatu citra yang baik bagi lembaga atau organisasi yang menjadi tanggung jawabnya (Ruslan, 2007: 43). Drs. Djafar H. Assegaff mengatakan istilah ‘pendapat umum’ merupakan terjemahan dari opini publik (public opinion)   kurang tepat, yang tepat adalah opini publik (Ruslan, 2007: 43). Menurutnya, keduanya memang memiliki arti yang sama, akan tetapi sebaiknya menggunakan istilah “publik” karena secara umum mempunyai konotasi sempit dan spesifik yang merupakan sekumpulan individu-individu yang terikat ikatan solidaritas tertentu. Sedangkan kata “umum” menunjukkan yang lebih luas dan tidak spesifik pada